Oleh: Yudhie Haryono
CJI, Jakarta – Kubur kekerdilan. Hapus mental kate. Tikam jago kandang. Sebab, setiap peradaban besar, bermula dari pikiran besar. Lalu, dikerjakan oleh “orang besar.” Demikian hukum besi sejarah dan alamnya. Tanpa pikiran besar dan pemimpin besar, sungguh tak dimungkinkan lahir dan tumbuh peradaban, bangsa, negeri dan komunitas besar plus dikagumi semesta.
Sebagai wilayah yang pernah menghasilkan peradaban besar: Tarumanegara, Mataram, Sriwijaya, Majapahit dan Nusantara, tentu kita mewarisi pikiran besar dan pemimpin besar. Puluhan tahun lalu, kita mampu menjadi inspirasi kemerdekaan negara di benua Asia-Afrika lewat konfrensi (KAA/18-24 April 1955) yang menggetarkan dunia. Itu salah satu bukti warisan aksi besar yang masih bisa kita baca.
Soal pemikiran, kita bisa menyebut misalnya “ekonomi-politik pancasila.” Ini tentu warisan pemikiran besar (yang ontologinya ada di konstitusi) dari para pendiri republik yang masih terasa walau sudah lama dipunggungi oleh kita semua.
Ya, duapuluh tahun terakhir kita tak lagi melahirkan pikiran-pikiran besar dan tokoh-tokoh dunia. Hal yang kita rindukan sejak lama. Sebaliknya, republik ini diterjang badai KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang meluluh lantakkan kehidupan kenegaraan kita. Praktis juara di semua liga, baik tingkat regional (Asean) maupun internasional (Asia dan Dunia).



















































Komentar