Pergolakan Pemikiran Ekopol Pancasila

banner 468x60

Walaupun begitu, perjalanan ekonomi kita tertatih-tatih terus berjalan. Kementerian Keuangan mencatat aset negara mencapai Rp 13.692,4 triliun per 31 Desember 2024. Angka ini naik dibanding 2023 yang sebesar Rp 13.072,8 triliun. Neraca pemerintah per 31 Desember 2024 mencerminkan posisi keuangan yang kecil dan memprihatinkan, dengan total aset hanya mencapai Rp 13.692,4 triliun (1/72025).

Mengapa kecil dan memprihatinkan? Karena agensinya hanya beriman pada ekonometrika, bermahzab neoliberal dan texbook. Sebagian besar bahkan menjadi hit-guys yang mengkayakan negara lain serta korporasi elite global. Bahkan, di inti kelembagaan negara, para ekonomnya itu banyak pengkhianat dari sistem ekopol kita yang pancasilais, kerakyatan dan berdimensi keadilan sosial.

banner 300250

Tentu saja, negara-bangsa ini hanya akan tangguh dan jadi peradaban besar jika kita berani meninggalkan cara berpikir dan bertindak berdasar ekonometrik, neolib, texbook dan hit-guys. Selanjutnya sambil menyambut dan merealisasikan kembali sistem ekopol pancasila.

BACA JUGA :  Guna Mencapai Penguatan Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikdasmen dan Universitas McGill Jalin Kerja Sama Strategis

Kita wajib membongkar tuntas masalah ini dengan tagline “selamat tinggal neoliberalisme, selamat datang pasukan pancasila dan pikiran-pemikirannya yang jenius plus merakyat.” Kini dan seterusnya. Oleh kita, bukan oleh asing-aseng-asong.

Soal ekonometrika dan neoliberalisme yang sudah memiskinkan Indonesia, kita bisa baca buku dan kitab-kitab yang terkurikulumkan di mana isinya hanya lima: individualisme, keinginan, ketamakan, dominasi dan ketimpangan. Lahirlah rezim devisa bebas, kurs bebas, teorama defisit anggaran, utang luar negeri yang menggunung, agensi oligarki, bunga dan pajak tinggi serta deregulasi.

BACA JUGA :  Wartawan di Nunukan Dianiaya, Rekaman Dirampas: Putusan Mahkamah Agung Dibuang ke Tong Sampah

Komentar