Menyingkap Strategi Jokowi untuk Merebut Kembali Supermasi Dinasti Solo

Artikel, Opini114 Dilihat
banner 468x60

Data empiris menunjukkan bahwa kombinasi strategi ini efektif. Selama 10 tahun kepemimpinan Jokowi, hampir seluruh infrastruktur politik berada dalam orbit kekuasaannya. Dominasi narasi dan loyalitas struktural memungkinkan Jokowi mengatur alur politik nasional, termasuk framing calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024. Strategi ini juga mempersiapkan panggung bagi Gibran, yang di Solo kini berada dalam posisi strategis untuk melanjutkan supremasi politik dinasti Solo, sekaligus menegaskan kontinuitas jaringan loyalitas yang telah dibangun.

BACA JUGA :  Mediasi Rasa Tipu-Tipu di PN Sorong: Bayar Dulu, Bukti Belakangan?

Jika ditarik ke ranah teori politik, langkah Jokowi menunjukkan sinergi antara modal sosial, kontrol institusi, dan mobilisasi massa yang merupakan sebuah kombinasi yang dalam literatur demokrasi partisipatif dikategorikan sebagai hybrid strategy yang memadukan pendekatan formal-birokratis dengan mobilisasi informal berbasis loyalitas dan simbolisme. Strategi ini memungkinkan Jokowi mempertahankan relevansi politik meski secara formal ia tidak lagi menjabat presiden, sekaligus membangun warisan politik yang strategis untuk generasi penerus, seperti Gibran.

banner 300250

Kesimpulannya, strategi Jokowi untuk merebut kembali dan mempertahankan supremasi politik Solo adalah contoh konkret pengelolaan kekuasaan modern yang terukur. Ia memadukan loyalitas personal, kontrol institusi, mobilisasi sosial, dan penguasaan narasi digital menjadi sistem yang saling menguatkan. Fenomena Geng Solo, Musra, relawan, ormas, dan perang informasi bukan sekadar alat elektoral, tetapi fondasi struktural yang memungkinkan Jokowi menata ulang lanskap politik lokal maupun nasional. Analisis KBA menegaskan bahwa strategi ini bukan kebetulan, melainkan hasil perencanaan matang, adaptasi dinamis, dan pemahaman mendalam atas mekanisme kekuasaan di Indonesia. Dalam konteks ini, pemenangan Gibran bukan sekadar politik dinasti, tetapi hasil logika strategis jaringan yang telah teruji oleh waktu, loyalitas, dan kekuatan institusi.

Komentar