Kepemimpinan Inferiority Complex: Kritik atas Respons Pemerintah terhadap Bencana Sumatera

Artikel, Opini22 Dilihat
banner 468x60

Tentu saja, analisis semacam ini bukan diagnosis medis, melainkan interpretasi publik terhadap perilaku politik yang tampak tidak sejalan dengan kebutuhan rakyat. Namun persepsi itu tumbuh karena masyarakat melihat ketidakhadiran empati, lambannya tindakan, dan keputusan-keputusan yang dianggap tidak berpihak pada korban.

BACA JUGA :  Kegilaan yang Menyelamatkan Bangsa

Pada akhirnya, bencana Sumatera bukan hanya ujian bagi rakyat yang terdampak, tetapi juga ujian bagi kepemimpinan nasional. Di tengah tragedi kemanusiaan, rakyat membutuhkan pemimpin yang hadir, mendengar, dan bertindak cepat. Bukan pemimpin yang terjebak dalam ego, simbol, atau pencitraan.

banner 300250

Respons pemerintah terhadap bencana ini akan dikenang lama. Bukan hanya karena skala kerusakannya, tetapi karena bagaimana negara memilih untuk (tidak) hadir secara baik, bijak, dan benar ketika rakyatnya sangat amat membutuhkan. (*)

BACA JUGA :  Wartawan itu Penyambung Lidah Rakyat dan Pemantau Kekuasaan

Penulis adalah petisioner HAM Komite Keempat PBB, Oktober 2025, alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012

Komentar